Rabu, 15 Juni 2016

Dampak Aktivitas Pertambangan Terhadap Lingkungan

TUGAS MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN
(Dampak Aktivitas Pertambangan Terhadap Lingkungan)


  Disusun Oleh :


Nama          : Muhammad Hifzhan Rizzani
Kelas          : 3Id04
NPM           : 35413964







FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016


BAB I
PENDAHULUAN

          1.1            Latar Belakang
Sumber daya yang melimpah yang dimiliki suatu negara merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian disuatu negara, Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik dari sumber daya hayati maupun sumber daya nonhayati. Sepertihalnya Indonesia memiliki sumber daya mineral ataupun bahan tamang yang melimpah, tentunya hal tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis untuk melakukan industri pertambangan di Indonesia.
Industri pertambangan di Indonesai tersebar diberbagai daerah, tentunya hal tersebut memiliki dampak positif maupun dampak negatif dalam pelaksanaannya. Dampak positif dengan berkembangan industri pertambangan yaitu dapat terciptanya lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat, sebagai pendapatan bagi suatu negara. Namun disisi lain industri pertambangan juga memiliki banyak dampak negatif dalam pelaksanaannya, terutama pada pertambangan yang sifatnya illegal, aktivitas pertambangan yang dilakukan tentunya dapat merusak ekosistem sekitar, limbah-limbah yang tak diolah secara baik dan benar akan berpangaruh pada tercemarnya lingkungan. Pada nyatanya di Indonesia, aktivitas pertamabangan yang dilakukan menjadi salah satu faktor yang berperan cukup tinggi terhadap rusaknya lingkungan.
Melihat permasalahan tersebut maka dibuatlah makalah ini yang membahas lebih lanjut mengenai dampak aktivitas pertamabangan terhadap lingkungan. Harapan dengan dibuatnya makalah ini bagi penulis penulis ataupun pembaca, yaitu dapat menimbulkan rasa kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan, ataupun dapat menghasilkan masukan-masukan dalam menangani permasalahan yang terjadi seputar aktivitas pertambangan di Indonesia.

            1.2          Perumusan Masalah
Perumusan Masalah merupakan permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penulisan makalah ini, adapun permasalahan yang akan dibahas pada masalah ini yaitu bagaimana cara menagani permasalahn-permasalahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan.
                                 
            1.3           Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisikan hal-hal yang akan dituju dalam penulisan makalah ini. Berikut ini adalah  tujuan penulisan pada makalah ini.
1.        Mengetahui jenis-jenis pertambangan di lakukan Indonesia.
2.        Mengetahui aktivitas umum dari pertambangan.
3.        Mengetahui dampak aktivitas pertambang terhadap lingkungan.
4.        Mengetahu cara-cara mengendalikan atau menanggulangi permasalahan yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan.


BAB II
PEMBAHASAN

            2.1              Jenis-Jenis Pertambangan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Terdapat banyak jenis sumber daya alam bahan tambang yang terdapat di bumi Indonesia, sehingga banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan beragam jenis aktivitas pertambangan dengan hasil tambang yang juga berbeda-beda.  Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1.        Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahanbahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah).
2.        Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom).
3.     Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
    Berdasarkan proses pengambilan bahan tambang, jenis tambang pada umumnya dibagi dua. Berikut ini adalah jenis bahan pertambangan berdasarkan proses pengambilannya:
1.   Penambangan terbuka (surface mining), dimana semua kegiatan penambangan dilakukan di permukaan tanah. Pada kegiatan penambangan ini khususnya untuk bahan galian industri dinamakan Quarry Mining.
2.     Penambangan bawah tanah (underground mining), dapat diterapkan untuk endapan bahan galian industri atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak tera,tur serta tersebar tidak merata. Arah penambangannya mengikuti arah bentuk endapan atau urat bijih yang ditambang.

2.2              Aktivitas dalam Pertambangan
Memperoleh hasil pertambangan tentunya dilakukan dengan berbagai aktivitas ataupun proses. Setiap jenis pertambangan memiliki aktivitas atau proses yang berbeda-beda. Pada subbab ini akan dibahas secara singkat mengenai beberapa aktivitas atau  proes umum yang dilakukan oleh industri pertambangan dalam memperoleh  hasil tambangnya.
Pada umumnya proses diawali dengan pembukaan lahan tambang dengan melakukan pembersihan lahan (land clearing) yaitu menyingkirkan dan menghilangkan penutup lahan berupa vegetasi kemudian dilanjutkan dengan penggalian dan  pengupasan tanah bagian atas (top soil) atau dikenal sebagai tanah pucuk. Setelah itu dilanjutkan kemudian dengan pengupasan batuan penutup (overburden), tergantung pada kedalaman bahan tambang berada. Proses tersebut secara nyata akan merubah bentuk topografi dari suatu lahan, baik dari lahan yg berbukit menjadi datar maupun membentuk lubang besar dan dalam  pada permukaan lahan khususnya terjadi pada jenis surface mining.
Setelah didapatkan bahan tambang maka dilakukanlah proses pengolahan. Proses pengolahan dilakukan untuk memisahkan bahan tambang utama dengan berbagai metode hingga didapatkan  hasil yang berkualitas. Pada proses pemisahan ini kemudian menghasilkan limbah yang disebut tailing. Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Proses akhir dari aktivitas pertambangan adalah kegiatan pascatambang yang terdiri dari reklamasi dan penutupan tambang (mining closure).

2.3       Dampak Aktivitas tambang terhadap Lingkungan
Banyak masyarakat berpendapat bahwa kegiatan  penambangan bahan tambang/mineral dipastikan  merusak lingkungan seberapapun  tingkatannya. Dampak pertambangan yang dilakukan dapat terjadi pada lapisan tanah, air, maupun udara disekitar tambang. Berikut ini berberapa dampak aktivitas tambang terhadap lingkungan.
1.     Terhamburnya debu / gas-gas berbahaya dari akibat proses pengolahan bahan tambang ataupun debu akibat kenderaan pengangkut hasil tambang yang menyebabkan terjdainya pencemaran udara.
2.      Terbentuknya banyak kubangan air di daerah bekas pertambangan, dimana anyaknya kubangan air itu akan berakibat pada perubahan iklim mikro yang dapat menganggu kenyamanan lingkungan , udara menjadi panas, dengan kelembaban tinggi.
3.     Terjadinya tanah longsor secara besar-besaran didaerah pertambangan terbuka dapat menimbulkan penyakit demam lembah.
4.   Kerusakan pada permukaan tanah karena tanah pucuk (top soil) yang subur telah dikupas menyebabkan pertumbuhan vegetasi sekitar tambang sangatlah buruk.
5.  Ketiadaan tanaman penutup pada permukaan tanah akibat rusaknya lapisan top soil akan mempercepat erosi permukaan oleh air hujan,
6.        Tanah-tanah yang tergerus air akan  terbawa bahkan  zat-zat berbahaya sisa hasil pertambangan  akan  mengalir dan  bermuara disungai induk, sehingga air sungai tampak berwarna coklat , terjadi pendangkalan pada sungai dan sangat meungkinkan untuk terjadi pencemaran apada air sungai.
7.    Aliran air disekitar tambang yang membawa unsur atau  zat-zat berbahaya dapat merusak baik fisik ataupun unsur kimiawi dari tanah sekitar tambang.
Pejabaran dampak atau masalah-masalah diatas hanya berkaitan dengan dampak terhap lingkunngan saja, tentunya dari dampak-dampak yang terjadi pada lingkungan akan juga berpengaruh  terhadap aspek-aspek lainnya seperti halnya aspek sosial maupun aspek ekonomi dari masayrakat sekitar pertambangan.

2.4           2.4                 Upaya  pengendalian
Upaya Pengendalian dapat dilakukan sebagai cara ntuk menyelamatkan ekologi dan meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan, berikut ini adalah upaya pengendalian dari permasalahan-permasalahan yang ada.
1.        Menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan
    Menggunakan sistem pertambangan green mining, yaitu dengan  meminimalisir penggunaan-penggunaan zat-zat kimia berbahaya dalam proses pengolahan tambang.
2.        Menerapkan sistem pengolahan limbah
     Dimana limbah yang akan dibuang perlu diolah secara khusus untuk meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkannya.
3.        Bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar,
       Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
4.        Perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan
      Perlu diberlakukannya pengawasan, aturan, dan sanksi yang tegas bagi pelaku pertambangan baik perusahaan ataupun rakyat untuk meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan.

5.         Menanamkan kesadaran pada masyarakat
Perlu dilakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat  dan para penambang untuk memancing rasa kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dari kerusakan. Sosialisasi dapat dilakukan dengan mempresentasikan segala dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan, baik dampak-dampak buruk yang akan terjadi dalam jangka pendek, menangah, dan panjang.
6.        Menutup segala aktivitas pertambangan dengan tingkat perusakan yang tinggi
Menutup segala aktivitas pertambangan merupakan salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah guna memberikan punishment bagi pelaku tambang yang sewenang-wenang dalam melakukan pertambangan,dan ini merupakan salah satu solusi yang paling efektif untuk menyelamatkan lingkungan.

BAB III
KESIMPULAN


     Kesimpulan berisikan jawaban dari tujuan penulisan makalah-makalah ini secara singkat dan menyeluruh. Berikut ini adalah kesimpulan dari pembuatan makalah ini.
1. Berdasarkan undang-undang jenis tambang terdiri atas 3 golongan yaitu, bahan galian strategis golongan A, bahan galian vital golongan B, bahan galian golongan C. Sedangkan berdasarkan proses pengambilan bahan tambang, jenis tambang terbagi atas penambangan terbuka (surface mining) dan Penambangan bawah tanah (underground mining).
2. Aktivitas umum pertambangan yaitu proses diawali dengan pembukaan lahan tambang dengan melakukan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah bagian atas (top soil), pengupasan batuan penutup (overburden), proses pengambilan bahan tambang, Setelah didapatkan bahan tambang maka dilakukanlah proses pengolahan, Proses akhir dari aktivitas pertambangan adalah kegiatan pascatambang yang terdiri dari reklamasi dan penutupan tambang.
3. Dampak dari aktivitas tambang sepeti terhamburnya debu / gas-gas berbahaya , Terbentuknya banyak kubangan air di daerah bekas pertambangan yang  berakibat pada perubahan iklim mikro, Terjadinya tanah longsor, Kerusakan pada tanah baik fisik maupun kimiawi, kerusakan pada vegetasi sekitar.
4. Cara pengendalian atau menanggulangi akibat aktivitas tambang yaitu dengan menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan, menerapkan sistem pengolahan limbah, bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar, pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan, penanaman kesadaran pada masyarakat, dan menutup segala aktivitas pertambangan dengan tingkat perusakan yang tinggi.

Kamis, 28 Januari 2016

TUGAS AKHIR PROPOSAL PENELITIAN ILMIAH

PROPOSAL PENELITIAN ILMIAH
PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT SANDRATEX

                                                        Disusun oleh :
Nama              : M. Hifzhan Rizzani
NPM               : 35413964
Jurusan          : Teknik Industri
Pembimbing   :










FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
1.                  Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat serta persaingan ketat dalam dunia perindustrian, menuntut suatu perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas dan mampu meberikan rasa puas pada konsumen. Permasalahan yang kerap dialami perusahaan yaitu masih ditemukannya produk cacat, meskipun perusahaan sudah menjalankan proses produksi secara baik namun masih saja ditemui produk-produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan (produk cacat). Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya permasalahan kecacatan produk seperti halnya material yang digunakan kurang baik, tenaga kerja ahli yang kurang memadai, kondisi dari mesin atau metode kerja yang digunakan, dsb. Dalam hal ini pengendalian mutu/kualitas memiliki peranan penting dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas yang ada.
Mengetahui suatu akar penyebab permasalahan tidak dapat dikira-kira begitu saja, diperlukannya suatu langkah analisis yang mampu memberikan bukti nyata akan penyebab dari suatu masalah. Masalah yang terus terjadi dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahun mengenai akar penyebab masalah tersebut, sehingga tindakan yang benar tidak dapat dilakukan. Adakalanya akar penyebab masalah sudah diketahui namun karena kurangnya pengendalian maka masalah tersebut terjadi kembali. Oleh karenanya perlu adanya analisis mengenai penyebab masalah dan bagaimana cara untuk mencegah masalah tersebut terulang kembali.
Permasalahan mengenai kecacatan produk dapat terjadi selama proses produksinya, oleh karena itu diperlukan analisis guna diketahuinya akar penyebab permasalahan agar dapat dilakukannya tindakan perbaikan sehingga meminimalisir kembali terjadinya permasalahan tersebut. Salah satu teknik pengendalian kualitas yang menganalis proses dari tahap awal yaitu mendefinisikan masalah hingga pengendalian untuk mencegah masalah tersebut terulang yaitu dengan menggunakan metode Six Sigma. Six Sigma merupakan usaha yang terus-menerus untuk mengurangi variasi proses ke nilai minimum, sehingga proses secara konsisten memenuhi atau melebihi harapan dan persyaratan pelanggan  (Pyzdek; 2002). Melalui metode ini perusahaan dapat menganalisis mengenai menyebab kecacatan produk sehingga dapat dilakukan perbaikan dan melakukan pengendalian agar kesalahan dapat dicegah.
Permasalahan mengenai kecacatan produk perlu ditangani secara cepat, hal tersebut dikarenakan akan berdampak kepada bertambahnya biaya-biaya dalam kegagalan mutu, selain itu keberhasilan dari suatu perusahaan juga dapat dicerminkan melalui hasil produksinya yang baik dan dapat diterima di masyarakat atau konsumen. Dibandingkan metode lain, diterapkannya metode Six Sigma ini diharapkan mampu mengurangi tingkat kecacatan produk hingga kepada level (zero deffect) dan menghasilkan produk yang berkualitas sehingga didapat keuntungan yang maksimum serta diperolehnya kepuasan pelanggan akan produk yang dihasilkan.

2.                  Perumusahn Masalah
Berdsarkan permasalahan yang ada, maka ditentukan rumusan masalah yang akan dilakukan pada penelitian ilmiah ini yaitu bagaimana penerapan metode Six Sigma dalam mengurangi tingkat produk cacat dari hasil produksi pada PT Sandratex.

3.                  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ilmiah mengenai pengendalian kualitas pada PT Sandratex terdiri dari beberapa tujuan. Adapun tujuan penelitian ilmiah tersebut antara lain ialah.
1.        Mendeskripsikan pengendalian kualitas yang dilakukan PT Sandratex
2.        Menganalisis penyebab kecacatan yang terjadi pada produk yang dihasilkan.
3.       Mengukur kestabilan proses
4.        Mendeskripsikan tingkat sigma PT Sandratex
5.        Mendeskripsikan perbaikan yang perlu dilakukan.
6.        Mendeskripsikan pengendalian yang perlu dilakukan untuk mencegah masalah terulang kembali.


4.                  Batasan Penelitian
Batasan penelitian dibuat agar hal-hal yang diteliti tidak mengalami penyimpangan dalam pelaksanaannya. Berikut ini merupakan batasan penelitiannya.
1.         Penelitian hanya dilakukan pada PT Sandratex yang berlokasi di Jl. Rempoa Raya, Ciputat Tim., Tangerang Selatan, Banten 15412.
2.         Penelitian hanya dilakukan pada bulan Agustus sampai September.
3.         Pengambilan data hanya dilakuakan pada bagian quality control produk jadi.

5.                  Landasan Teori
5.1              Definisi Kualitas
            Dalam perkembangan ilmu kualitas, banyak definisi yang diberikan oleh par ahli mengenai kualitas. Kualitas dapat diartikan sebagai jumlah keistimewaan atau keunggulan produk yang memenuhi keinginan konsumen sehingga memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu (Mutis dan Gaspersz, 2004). Menurut Feighenbaun (1991), mengatakan bahwa kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, manufaktur, dan perawatan dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan atau harapan pelanggan.

5.2              Tujuan Pengendalian Kualitas
            Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2003). Dalam melakukan suatu kegiatan agar dapat terarah tentu harus terdapat tujuan sehingga segala sesuatunya mengarah untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hubunganya dengan kualitas maka tujuan dari kualitas dapat dikatakan sebagai suatu target yang berorientasi pada kualitas (Juran, 1995). Suatu perusahaan industri melakukan pengendalian kualitas bertujuan untuk menyediakan produk dan jasa yang berkualitas yang dirancang, dibuat, dipasarkan dan dipelihara dengan biaya yang sangat ekonomis agar pelanggan dapat kepuasan penuh (Feigenbaun, 1996).                  

5.3              Alat dan Teknik Perbaikan Kualitas
            Ada beberapa alat yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat meningkatkan mutu produk atau jasa yang dihasilkannya. Teknik dan alat tersebut dapat berwujud 2 jenis, yaitu yang menggunakan data verbal dan yang menggunakan data numerik.
            Alat-alat yang mengunakan data verbal antara lain diagram alir, wawancara, dan diagram sebab akibat (Ariani, 2004). Diagram alir adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Diagram alir digambarkan dengan simbol-simbol dan setiap orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut.
      Alat-alat yang mengunakan data numerik antara lain lembar pengecekan, diagram pareto, histogram, diagram penyebaran, peta kontrol (Ariani, 2004). Lembar pengecekan adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data. Diagram pareto dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto merupakan alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut.

5.4              Peta Kontrol
      Peta kontrol pertama kali diperkenalkan kepada industri oleh Walter Shewhart pada pertengahan 1902-an di Amerika Serikat. Peta kontrol membantu menjamin bahwa hanya barang atau jasa yang memenuhi syarat yang diproduksi dengan cara memantau rata-rata proses yang diharapkan berada didalam batas atas dan batas bawah secara statistik. Peta kontrol merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan mudah sehingga mudah untuk menentukan keputusan apa yang harus diambil jika terjadi produk yang menyimpang (Purnomo, 2003).
      Didalam peta kontrol terdapat garis tengah yang merupakan nilai rata-rata karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan terkontrol, dan garis garis mendatar yang dinamakan batas kontrol atas (BKA), dan batas kontrol bawah (BKB). Suatu proses dikatakan terkendali apabila titik sampel terletak diantara kedua garis BKA dan BKB sehingga tidak ada satupun titik yang berada diluar batas kontrol tersebut, sebaliknya jika suatu titik terletak diluar batas pengendali maka proses tersebut tak terkendali dan diperlukan tindakan penyelidikan untuk mengetahui penyebabnya dan seterusnya dilakukan tindakan perbaikan. (Gaspersz , 2001).

5.5              Enam Sigma
      Enam sigma adalah sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis (Pande dkk, 2003). Enam sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses bisnis. Enam sigma juga dapat dikatakan sebagai tingkat ekivalen kinerja proses untuk memproduksi hanya 3,4 cacat untuk setiap juta peluang operasi (Pande dkk, 2003).
      Kata sigma merupakan istilah yang secara statistik berarti standar deviasi, yang menggambarkan seberapa jauh variasi proses dan nilai rata-ratanya dalam arah positif dan negatif (Ariani, 1999). Hubungan antara sigma dengan kualitas proses manufaktur adalah bahwa standar deviasi dapat digunakan untuk menekan jumlah yang rusak yang diharapkan dalam proses produksi. Caranya adalah dengan menggunakan perencanaan dan pengendalian mutu enam sigma. Hal ini dapat dibandingkan seperti ditunjukkan Tabel 1.1 berikut (Ariani, 2004).


Tabel 1.1 Level 6 sigma
Level sigma
Produk baik
Produk cacat
± 1 σ
68,27 %
31,73 %
± 2 σ
95,45 %
4,55 %
± 3 σ
99,73 %
0,27 %
± 4 σ
99,9937 %
0,0063 %
± 5 σ
99,999943 %
0,000057 %
± 6 σ
99,9999998 %
0,0000002 %
Enam sigma dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Enam sigma adalah cara mengukur proses, tujuannya mendekati sempurna, disajikan dengan 3,4 cacat per sejuta kesempatan. Sebuah pendekatan untuk mengubah budaya organisasi, sekalipun demikian yang paling tepat enam sigma didefinisikan sebagai sebuah sistem yang luas dan komprehensif untuk membangun dan menopang kinerja, sukses dan kepemimpinan bisnis (Pande dkk, 2002).

6.                  Metode penelitian
6.1              Jenis Penelitian
            Berdasarkan judul, permasalahan, dan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga merupakan pengungkapan suatu fakta. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2002 : 44) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang ada, jadi penelitian ini menganalisis dan menginterpretasi.
            Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai masalah kecacatan produk yang dihadapi PT. Sandratex. Dengan menggunakan enam sigma, dapat dilakukan analisis mengenai kestabilan proses,kecacatan produk, level sigma hingga akhirnya memberikan saran berdasarkan fakta yang ada dilapangan mengenai perbaikan yang perlu dilakukan.

6.2              Jenis Data
            Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan berbagai pihak yang mengerti mengenai permasalahan yang terjadi. Data sekunder yang digunakan adalah data  hasil rekapitulasi kecacatan produk kemasan indomie goreng dalam waktu satu bulan kerja.

6.3              Populasi dan Sampel
            Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan hasil rekapitulasi kecacatan produk kain grei. Data yang digunakan untuk menganalisis yang diambil sebagai sampel adalah data rekapitulasi kecacatan produk kemasan indomie goreng untuk jangka waktu satu bulan produksi.

6.4              Teknik Pengolahan Data
6.4.3        Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Informasi yang dibutuhkan didapat dari hasil pengamatan secara langsung terhadap proses produksi yang berjalan. Dari hasil pengamatan didapat berbagai masalah yang perlu dianalisis.

6.4.4        Metode Lima Fase
Data yang  diperoleh kemudian diolah menggunakan metode lima fase. Metode lima fase merupakan metode yang menganalisis permasalahan mulai dari tahap mendefinisikan masalah hingga tahap pengendalian, adapun urutan metode lima fase ini ditunjukkan oleh Gambar 1.1 berikut
Gambar 1.1 Pengolahan data dengan metode lima fase
                  Tahap awal metode lima fase adalah dengan mendefinisikan masalah, yaitu masalah apa yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas produk. Pada tahap ini digunakan diagram pareto dan diagram aliran proses, diagram pareto digunakan untuk mendeskripsikan kecacatan yang ada pada produk kemasan indomie goreng, sedangkan diagram aliran proses digunakan untuk mendeskripsikan aliran proses produksi kemasan indomie goreng.
                  Tahap kedua dalam metode lima fase adalah tahap pengukuran data, dimana pada tahap ini dilakukan uji normalitas dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS. Pembuatan peta kendali digunakan untuk mengetahui apakah proses berada pada batas kontrol atau tidak, mengukur kapabilitas proses untuk mengetahui kemampuan proses, dan mendeskripsikan tingkat sigma PT. Sandratex.
                  Tahap ketiga dalam metode lima fase adalah tahap analisis data, pada tahap ini dilakukan analisis mengenai penyebab kecacatan dengan menggunakan diagram sebab akibat, membuat tabel analisis kegagalan untuk mengetahui pola kegagalan dari produk kain grei. Pembuatan tabel analisis kegagalan didasarkan atas data hasil wawancara dengan pihak yang mengerti bagaimana terjadinya kecacatan pada proses.
                  Tahap perbaikan merupakan tahapan untuk menguraikan apa yang sebaiknya dilakukan agar kecacatan dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan, tahap perbaikan ini didasarkan atas keterangan-keterangan yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak terkait yang mengerti mengenai permasalahan yang ada pada proses. Tahap pengendalian merupakan tahapan untuk mengidentifikasi  suatu konsep perbaikan, misalnya dengan memperbaiki prosedur standar operasi yang sudah ada sehingga kecacatan pada produk dapat dihindari.  

7.                  Jadwal Kegiatan Penelitian
Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian ilmiah yang akan dilakukan pada PT SANDRATEX.
 Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Penelitian Ilmiah
NO
KEGIATAN
Agustus
2016
September 2016
M3
M4
M1
M2
1
Persiapan ke lapangan, pengenalan dengan staff, karyawan, serta lingkungan



2
Mempelajari gambaran umum perusahaan



3
Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait


4
Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada proses perancangan hingga produksi


5
Pengumpulan data yang dibutuhkan

6
Pemeriksaan hasil pengambilan data saat kerja praktek



7
Menyusun laporan penelitian ilmiah



            Pembuatan jadwal tersebut hanya bersifat sementara dan merupakan sebuah usulan yang dapat berubah sesuai dengan keadaan, semua keputusan kami serahkan pada kebijaksanaan perusahaan, namun kami berharap PT Sandratex dapat mempertimbangkan usulan tersebut.
Keterangan :
M 1      : Minggu Pertama
M 2      : Minggu Kedua
M 3      : Minggu Ketiga
M 4      : Minggu Keempat


DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Dorothea Wahyu. 1999. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. ANDI.
Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif Dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: ANDI.
Feigenbaum, A.V. 1996. Kendali Mutu Terpadu. Jakarta: Erlangga.
Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Juran, J.M., Gryna, Frank M. 1993. Quality Planning and Analysis, Third Edition. New York: Mcgraw Hill.
Mutis, Thoby dan Vincent Gaspersz. 2004. Nuansa Menuju Perbaikan Kualitas dan Produktivitas. Jakarta: Universitas Trisakti.
Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Industri. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pande, dkk. 2002. The Six Sigma Way Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan Terkenal Lainnya mengasah Kinerja Mereka. Yogyakarta: ANDI.